BERADA di jantung kota, Taman Minggu Raya menjadi salah satu landmark kebanggaan milik Banjarbaru. Penataan pedagang kaki lima dan pembenahan taman, membuat Minggu Raya kian nyaman untuk ditongkrongi. Malam harinya, kawasan di sini gemerlap oleh lampu hias warna warni. Di balik itu, Minggu Raya menyimpan sejarah panjang.
Tahun 1953, Gubernur Kalimantan dr Murdjani merencanakan pemindahan ibu kota provinsi dari Banjarmasin ke Banjarbaru. Seorang arsitek berdarah Belanda, Van Der Pijl ditunjuk sebagai perencana kota untuk pembangunan gedung perkantoran pemerintah dan perumahan.
Tokoh masyarakat Rico Hasyim menceritakan, sekitar 500 meter dari jalan utama, Jalan Ahmad Yani km 35, dibangun Balai Kota. Tanah lapang di depannya diperuntukkan sebagai alun-alun kota, wadah berkumpulnya warga yang diberi nama Lapangan dr Murdjani.
Nah, di antara Lapangan Dr Murdjani dan Jalan Ahmad Yani itu ada lahan kosong. “Dulu sebelum Taman Minggu Raya jadi begini, lahan kosong itu difungsikan sebagai kebun binatang mini yang bisa dikunjungi siapa saja secara gratis,” kata Rico.
Pengunjung bisa melihat monyet, ular, beruang madu, trenggiling, burung merak. Ada juga buaya yang timbul tenggelam di kolam berbentuk biji jambu mete.
“Sekitar tahun 1968, usia saya masih 12 tahun, saya ingat buaya di kolam itu berukuran sangat besar. Selalu menjadi pusat perhatian pengunjung,” kenang Rico. “Saya ingat ingat betul, kolam air mancur itu dulunya kandang buaya,” sambungnya.
Di sekitar alun-alun kota banyak tumbuh pohon besar. Seperti ketapi, jambu mete, dan nangka. Sengaja ditanam di sana agar Minggu Raya tetap sejuk.
Minggu Raya kemudian berkembang menjadi pusat jajanan serba ada (pujasera). Kuliner di sini harganya miring, bisa dijangkau semua lapisan masyarakat.
“Saya tidak ingat lagi sejak kapan kebun binatang itu hilang. Keberadaan satwa penghuni kebun binatang di sana juga entah kemana,” tambahnya.
Sisa kandang satwanya kemudian dipindahkan ke kawasan di Jalan Pinus 1 Komet. “Sudah lama tidak mengecek ke sana, entah masih ada atau sudah hilang,” ujarnya.
Wajah Minggu Raya berubah drastis pada tahun 2000-an, ketika didandani pemko menjadi Taman Air Mancur Minggu Raya. “Tak ada lagi pohon-pohon besar. Sekarang sudah diganti dengan tanaman hias,” sesal Hasyim. (zkr/gr/fud)