MUNGKIN banyak yang belum tahu, hotel pertama yang dibangun di Banjarmasin adalah Hotel Bandjer. Dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Dosen sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Mansyur mengatakan, hanya tamu Eropa yang boleh menginap di sini. Pribumi jangan berharap bisa tidur di Hotel Bandjer.
“Hotel ini hanya diperuntukkan untuk orang-orang Belanda, sementara pribumi tidak dibolehkan,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin. Potret hotel ini diabadikan dalam selembar kartu pos. Dimiliki seorang kolektor di Tilburg, Belanda. Pada 2017 silam, dilelang di Ebay. Kartu pos antik itu laku 79,9 dollar atau sekitar satu juta rupiah. Kartu pos itu memuat dua foto. Bangunan hotel dan seorang room boy yang tengah berpose di depan kamera.
“Kartu pos ini diterbitkan oleh T Schwidernoch Wienna-Hacking sekitar tahun 1899,” jelasnya.
Dalam catatan Idwar Saleh tahun 1981 diungkap, sebelum Banjarmasin berstatus geemente (kotamadya), hotel ini bernama Wigger. Identik dengan Hotel Wiggers di kawasan Bad Oldesloe, Jerman.
Apakah ada hubungannya? Belum bisa dipastikan. Yang pasti CFW Wiggers van Kerchem pada 31 Desember 1959 mendirikan Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLM), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Pertanyaannya, di mana hotel ini berada? Idwar hanya mengatakan, muka hotel ini menghadap ke arah Sungai Martapura.
Di terasnya ada kebun binatang. Di kanan dan kiri ada perkampungan. Petunjuk pentingnya, hotel ini berdekatan dengan Pasar Sore (Pasar Kupu-Kupu). Artinya tidak jauh dari kawasan pelabuhan lama. Hotel ini juga tertera dalam peta Schetskaart van de Hoofdplaats Bandjermasin en omliggend Terrein terbitan tahun 1916 oleh HP Loing.
Hotel ini bisa dicapai dari jalan utama, Jalan Hendrich Haanweg atau Jalan Resident de Haanweg–sekarang Jalan Lambung Mangkurat. Permukiman khusus ambtenaar (pegawai pemerintah).
Tak jauh dari sana, berdiri perkantoran residen. Bangunannya berbentuk rumah joglo dari kayu ulin dengan atap sirap.
“Pada 1988, bangunan itu dirobohkan oleh Gubernur Muhammad Said kemudian dijadikan perkantoran Gubernur Kalsel,” kata Mansyur. “Lebih ke hilir, terdapat Benteng Tatas yang sekarang menjadi Masjid Sabilal Muhtadin,” tutupnya. (gmp/gr/fud)