Rencananya pembangunan pabrik tersebut dimulai pada Agustus ini. Biaya pembangunannya berasal dari APBN dan APBD Tala. “Dana APBN sebesar Rp21 miliar, sedangkan APBD Rp1,7 miliar. Jadi totalnya Rp22,7 miliar,” kata Totom.
Ia menyebut, dana dari APBD tersebut digunakan untuk membangun sarana pendukung, seperti jaringan listrik, jaringan air bersih, jalan dan lainnya.
Lebih lanjut diungkapkan Totom, pabrik karet yang dibangun nanti akan menghasilkan tiga produk, yakni Standar Indonesia Rubber (SIR) 10, SIR 20 dan Ribbed Smoked Sheet (RSS).
“Dari tiga produk itu harga mahal adalah RSS, namun untuk membuat produk RSS harus melakukan edukasi dan mengubah pola pikir terhadap petani terlebih dahulu,” jelasnya. Dikatakannya, untuk produk RSS sudah banyak peminatnya. Bahkan ada pengusaha yang ingin membelinya.
“Produk RSS sudah dilirik pengusaha dari luar pulau, seperti pengusaha dari Jakarta, Surabaya, dan Bandung,” tandasnya. (sal/ris).