KENAIKAN harga beras mewarnai pemberitaan nasional. Kemarau dan El Nino dituding menjadi penyebab. Di Kalsel, mengacu laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional milik Bank Indonesia (BI), harga beras medium tertinggi per 17 September 2023 mencapai Rp17 ribu. Itu harga termahal kedua setelah Kalteng yang mencapai Rp 18.150. Staf Ahli Bidang Penguatan Perdagangan Banjarmasin, Arya Rizqi membenarkan kondisi tersebut.
“Dari laporan BI dan Badan Pangan Nasional, kenaikan harga beras terjadi sejak Agustus,” ujarnya (18/9). “Secara nasional produksi beras menurun karena dampak El Nino,” tambahnya.
Pantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Banjarmasin, harga beras paling murah kini mencapai Rp14 ribu per liter. “Itu beras jenis pandak. Padahal sebelumnya hanya Rp12 ribu per liter,” jelas Arya. Pun demikian harga beras premium. Seperti beras unus mutiara yang kini Rp20 ribu sampai Rp21 ribu per liter.
“Sebelumnya Rp17 ribu sampai Rp18 ribu per liter. Naiknya cukup signifikan,” tambahnya. Namun, harga beras diprediksi akan kembali normal. Sebab dari September sampai Oktober telah memasuki masa panen raya.
“Salah satunya di kawasan pertanian Mantuil (Banjarmasin Selatan),” ujarnya. “Daerah yang menjadi pemasok beras Banjarmasin, seperti Kabupaten Barito Kuala dan Tanah Laut juga kami dengar sudah mulai panen,” tambahnya.
Menghadapi gagal panen akibat El Nino, pemerintah pusat mengimpor beras untuk dikucurkan sebagai bantuan sosial (bansos).
Banjarmasin sendiri kebagian 811 ton beras bansos. Bantuan itu disalurkan kepada keluarga penerima manfaat (KPM) selama selama tiga bulan. Dari September sampai November mendatang.
Kemarin, beras bansos secara simbolis diserahkan kepada warga. “Selanjutnya disalurkan Bulog ke kelurahan-kelurahan,” tukasnya.
“Hasil koordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin, pasokan beras masih aman hingga bulan Desember,” klaimnya. (war/az/fud)