Dua musibah kebakaran menyela kemeriahan perayaan hari jadi kota. Jumat (22/9) dini hari, 19 rumah terbakar di Jalan Masjid Jami. Ahad (24/9) pagi, dua warga terpanggang di Jalan Belitung Darat.
***
BANJARMASIN – Minggu (24/9), Banjarmasin tepat berumur 497 tahun. Tapi tak ada kegembiraan di Jalan Belitung Darat, Banjarmasin Barat. Dua warga Gang BKIA terpanggang dalam kebakaran subuh itu.
Korban adalah Tasniah, 61 tahun. Almarhumah adalah istri Yusuf, pemilih rumah yang terbakar. Lalu Rizki, 26 tahun, teman menantu Yusuf. Selain Yusuf dan kedua korban, ada empat orang lain yang tidur di rumah tersebut. Satu anak Yusuf, satu cucu, dan dua menantu–salah satunya pergi ke surau untuk salat subuh. “Sebelum saya berangkat ke musala di seberang rumah, belum ada tanda-tanda. Lalu saya pulang untuk mengambil sepeda motor untuk mencari sarapan,” kata Buhari Muslim.
Pria 35 tahun ini menantu Yusuf. Ia baru datang dari Anjir, Barito Kuala. Buhari menginap sebentar, sebelum pergi ke Banjarbaru untuk menyusul istrinya. Pagi itu, Buhari kepengin sarapan ketupat kandangan. Di Belitung, tak ia temukan warung yang menjualnya. Buhari pun berkendara terus sampai ke kawasan Teluk Dalam. Di jalan, ia melihat banyak armada damkar ngebut menuju Belitung.
“Perasaan saya jadi tak enak. Ternyata yang terbakar adalah rumah mertua. Ketika saya tiba, BPK (Bantuan Pemadam Kebakaran) sudah memenuhi jalan gang.”
Ia kebingungan mencari keluarganya. “Tidak ketemu. Waktu itu api sudah berkobar hebat,” tambahnya. Putri Yusuf, Farianti mengaku nyaris menjadi korban. “Kami menginap karena ibu sedang sakit-sakitan. Ibu sudah tak kuat lagi berjalan,” kisahnya.
Perempuan 25 tahun itu sedang hamil. Farianti tidur di kamar adiknya. “Kami terbangun oleh suara gaduh di luar kamar. Ketika suami terbangun, saat pintu dibuka, api sudah membesar,” ujarnya ngeri. Di ruang tengah tempat asal api, di situlah korban tertidur. Namun Farianti tak melihat ada Rizki di sana.
Dalam detik-detik yang mengancam itu, suami istri itu berjuang membuka pintu di samping kamar. Mereka sempat terjebak karena pintu itu macet. “Kami lewat garasi samping. Nyaris kejatuhan kayu balok. Saya sempat menepuk-nepuk dada suami karena ia mengalami sesak napas akibat terlalu banyak menghirup asap,” kisahnya.
Seingatnya, Rizki tertidur sambil mendengarkan musik dari smartphone yang sambil dicas. “Keluarga menduga itu penyebab api. Mungkin handphone-nya kepanasan dan meledak. Sebab ayah kami mendengar ada bunyi ledakan,” duganya. Jenazah Rizki ditemukan di dapur. Diduga, ia jatuh pingsan dan terjebak di sana.
“Mengapa ia tak berteriak? Mungkin ia takut disalahkan. Jadi lebih memilih coba memadamkan api. Mungkin,” tutupnya. Sedangkan Tasniah ditemukan telentang di ruang depan, dekat pintu. Sebenarnya Tasniah sempat keluar dari rumah bersama suaminya.
“Kami sudah keluar bersama-sama. Tapi dia berkeras ingin masuk ke dalam lagi. Katanya di dalam masih ada anak-anak. Saya coba menarik tangannya, tapi terlepas. Dia nekat,” kata Yusuf. Diceritakannya, Rizki tinggal di rumahnya sejak bekerja untuknya, menjadi juru parkir di Jalan Haryono MT, Banjarmasin Tengah.
“Kami tampung karena sebatang kara. Dia teman menantu saya. Kami juga tak tahu di mana keluarganya. Dia tak punya KTP,” tambahnya. Jenazah Tasniah dimakamkan di tanah kelahirannya di Desa Gadung, Bakarangan, Tapin. Sedangkan Rizki dikuburkan di alkah milik pemko. Ketua RT setempat, Ardianto mengatakan, api menjalar ke lima rumah lainnya. Ada yang rusak berat, ada pula yang rusak ringan. “Yang tersisa puing adalah rumah Yusuf,” ujarnya.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Banjarmasin Barat, Iptu Firuza Bahri Wira P mengatakan, hasil penyelidikan di TKP menimbulkan dugaan kebakaran dipicu oleh korsleting.
Soal cerita akibat ponsel yang meledak, Firuza enggan mengomentari. “Belum bisa dipastikan akibat handphone yang dicas itu,” ujarnya.
Dua hari sebelumnya, Jumat (22/9) dini hari, kebakaran besar melanda Jalan Masjid Jami, Banjarmasin Utara. Di Gang Syukuri, 15 rumah habis terbakar. Sementara di Gang Suka Damai ada empat rumah. Musibah itu hanya berselang beberapa jam setelah tablig akbar untuk merayakan harjad kota di Masjid Jami Sungai Jingah, Kamis (21/9) malam.
Kebakaran hanya berjarak 50 meter dari masjid. Total ada 75 warga yang kehilangan tempat tinggal. Kanit Reskrim Polsek Banjarmasin Utara, Iptu Aris Wibawa mengatakan, setelah serangkaian pemeriksaan, mengemuka dugaan arus pendek listrik. “Dugaan penyebab kebakaran mengarah ke situ,” kata Aris.
KEPALA Dinas Sosial (Dinsos) Banjarmasin, Dolly Syahbana menjanjikan bantuan untuk para korban kebakaran. Berupa sembako untuk kebutuhan sepekan dan peralatan sekolah. Ditambah uang Rp3 juta per keluarga dari Bagian Kesra. “Ada pula bantuan dari Baznas,” ujarnya (24/9). Untuk korban jiwa yang tergolong miskin, ada bantuan Rp1 juta. “Tapi kalau bukan warga miskin, kami akan bantu pemakamannya,” jelasnya.
Untuk kebakaran di Gang BKIA Jalan Belitung Darat kemarin, Dolly memastikan, bantuan akan diserahkan hari ini (25/9). “Langsung oleh wali kota,” ujarnya. Sepanjang bulan September ini, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Banjarmasin mencatat sudah terjadi delapan kebakaran.
Jika dihitung sejak Januari, maka sepanjang tahun 2023 ini sudah terjadi 130 kebakaran. Plt Kabid Pemadaman dan Penyelamatan DPKP Banjarmasin, Marliansyah merincikan, 26 kebakaran terjadi di Kecamatan Banjarmasin Barat. Di Banjarmasin Timur terjadi 24 kebakaran, di Utara terjadi 23 kebakaran, dan di Selatan terjadi 24 kebakaran. Paling banyak di Banjarmasin Tengah dengan 33 kebakaran.
Menurutnya, ada dua faktor paling dominan penyebab kebakaran. Pertama, korsleting listrik. Kedua, sikap panik. “Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan kebakaran,” bebernya. Menurutnya, sebelum api membesar, asal api bisa dipadamkan dengan tabung apar (alat pemadam api ringan). “Kalau tak ada apar, bisa gunakan karung, kain, atau handuk yang dibasahi,” jelasnya. “Intinya jangan panik. Cobalah berpikir bagaimana memadamkan api, bukan justru malah lari,” tegasnya.
Marliansyah juga mengingatkan relawan damkar (BPK) di Banjarmasin. Pertama, masih banyak yang turun bertugas tanpa mengenakan alat pelindung diri (APD). Kedua, zonasi yang sudah diatur dalam Perda Nomor 2 Tahun 2023. “Perdanya masih dalam tahap sosialisasi. Kami ingin merangkul seluruh relawan untuk menjalankan aturan zonasi ini,” kata Marliansyah.
Dalam zonasi, ketika kebakaran terjadi di kecamatan A, 15 unit armada BPK di wilayah itu diturunkan. “Bila kebakaran belum terkendali, baru armada dari kecamatan lain boleh terjun membantu,” ujarnya. Ini demi menghindari kebut-kebutan di jalan akibat jauhnya jarak antara posko BPK dengan TKP kebakaran.
Begitu masa sosialisasi berakhir, bila masih ada BPK yang melanggar aturan zonasi ini, makan akan dijatuhi sanksi. “Mungkin akan dikeluarkan dari keanggotaan gabungan relawan pemadam kebakaran (Redkar),” tegasnya. Bila sudah dikeluarkan dari keanggotaan, maka asuransi yang diberikan pemko akan dicabut. “Kepesertaannya di BPJS Ketenagakerjaan akan dicabut,” pungkasnya. (lan/war/az/fud)