75 Persen Bahasa Daerah Terancam Punah

- Senin, 26 Desember 2022 | 04:12 WIB

TANGERANG SELATAN--Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudrisek) tidak henti-hentinya melakukan berbagai inovasi dan transformasi. Salah satunya dengan melakukan percepatan revitalisasi terhadap bahasa daerah.

Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo menerangkan bahwa Indonesia saat ini memiliki 718 bahasa daerah mulai dari Aceh hingga Papua. Akan tetapi hanya 25 persennya yang terbilang aman. 

"Sisanya 75 persen kondisinya berbeda-beda. Mulai dari mengalami kemunduran, terancam punah, hingga kritis. Bahkan sudah kami deteksi ada 11 bahasa daerah di Indonesia yang sudah punah," terang Imam di Hotel Santika Premier Bintaro, Jumat (23/12). 

Imam menjelaskan, sebagian besar bahasa daerah kita yang mengalami kritis dan kemunduran berada di wilayah timur Indonesia. Penyebabnya, karena sudah tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. 

Oleh sebab itu, lanjut Imam, Kemendikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar episode 17 "Revitalisasi Bahasa Daerah" yang sudah diluncurkan pada tanggal 22 Februari 2022, telah membuat pendekatan baru terhadap bahasa-bahasa daerah yang mengalami kekritisan. 

"Kami juga tidak hanya melakukan revitalisasi terhadap bahasa yang rentan punah saja, tetapi juga yang terbilang aman. Beberapa contoh bahasa daerah yang masih terbilang aman, adalah bahsa sunda, jawa, bali dan lainnya. Tapi tidak boleh lengah, karena siapa yang tahu  dalam kurun waktu 10 tahun atau 20 tahun mendatang akan tetap aman. Karena faktor waktu membuktikan dengan kajian yang kita lakukan, bahasa daerah selalu mengalami kemunduran yang lambat laun punah.," tutur Imam. 

Dalam hal ini, Imam juga mencontohkan banyak anak muda yang masih menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi jika diperhatikan lebih dalam, apakah benar anak-anak di Jawa ini mampu menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar? Bisa menggunakan bahasa jawa kromo inggil apa tidak? 

"Kita cek nanti. Biasanya Anak-anak yang menggunakan bahasa jawa tapi tidak memahami kromo inggil, mereka akan menggunakan bahasa indonesia jika berbicara dengan orang yang lebih tua atau senior. Itu baru penggunaan bahasa, belum aksaranya. Seberapa banyak anak di jawa yang pandai menulis aksara jawa ? Bahkan kita juga yang asli Jawa tidak paham apalagi bisa menulis aksara jawa. Ini membuktikan bahasa jawa secara keseluruhan tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu , ini perlu juga kita revitalisasi," tegasnya.

Lebih jauh Imam menambahkan, ada beberapa bentuk pendekatan baru dalam revitalisasi bahasa daerah ini. Di antaranya, dinamis yang berorientasi pada pengembangan bahasa deerah dan tujuan komunikasi bukan hanya perlindungan bahasa. Kemudian, adaptif terhadap situasi lingkungan sekolah maupun masyarakat. Selanjutnya, regenerasi yang berfokus pada penutur muda khususnya penutur usia sekolah jenjang SD dan SMP. 

Adapun juga harus ada keterlibatan dan penggunaan bahasa yang intensif di semua domain, keluarga, sekolah dan masyarakat. "Ini bukan hanya untuk perlindungan bagi bahasa itu sendiri, tetapi juga pengembangannya," pungkasnya. (cha)

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X