TANJUNG SELOR – Minat membaca masyarakat Kaltara, dinilai cukup baik. Namun menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kaltara Hermawan, membaiknya minat baca masyarakat Kaltara, belum berbanding lurus dengan ketersediaan buku yang menjadi bahan bacaan.
Saat sesi diskusi pada acara Respons Kaltara yang digelar di Kedai 99, Tanjung Selor, kemarin (2/4), Hermawan mengungkapkan untuk memfasilitasi akses masyarakat untuk membaca, pihaknya merencanakan penyediaan akses baca di beberapa titik kota. Seperti di pelabuhan dan tempat umum lainnya. Namun pelaksanaan program sangat tergantung ketersediaan anggaran.
“Karena keterbatasan anggaran yang kita alami menjadi salah satu kendala. Padahal program yang kita rencanakan ini bisa makin meningkatkan minat baca masyarakat,” katanya.
Untuk itu, dibutuhkan keterlibatan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain seperti Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan lainnya, guna merealisasikan rencana tersebut. “Kita harap OPD lain ini bisa membantu dan ikut serta,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga berencana membuat perpustakaan untuk desa-desa. Perpustakaan desa dibangun untuk peningkatan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak di desa. Apalagi hal tersebut sudah sejak lama digalakkan oleh pegiat-pegiat literasi yang ada di Kaltara. Termasuk dari kerja sama pihaknya dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltara, untuk menyediakan literasi digital agar mudah di akses masyarakat.
"Selama ini kita juga kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan literasi di desa,” terangnya.
Provincial Manager Of North Kalimantan Handoko Widagdo menambahkan, persoalan akses membaca dan minat membaca perlu dicarikan solusinya. Untuk akses membaca seperti buku bacaan, seharusnya banyak tersedia, terutama di desa-desa. Namun, biaya distribusi yang mahal menjadikan buku bacaan minim dijumpai sampai ke desa.
“Kendala pengembangan di Kaltara itu akses. Penerbitan lokal harus didorong, biaya distribusi lebih murah dari pada terbit di Jawa. Jika diterbitkan di Jawa, biayanya ke Kalimantan yang mahal,” jelasnya. (***/fai/udi)