Wilmar Produksi 500 Ton Perhari, 70 Persen Migor untuk Kalbar

- Jumat, 18 Maret 2022 | 12:28 WIB
SIDAK MIGOR: Kapolda Kalbar bersama sejumlah pejabat dan kepala dinas Kalimantan Barat melakukan peninjauan produksi dan rencana distribusi minyak goreng di PT. Wilmar Cahaya Indonesia Pontianak di Kecamatan Pontianak Utara, Rabu (16/3) siang. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)
SIDAK MIGOR: Kapolda Kalbar bersama sejumlah pejabat dan kepala dinas Kalimantan Barat melakukan peninjauan produksi dan rencana distribusi minyak goreng di PT. Wilmar Cahaya Indonesia Pontianak di Kecamatan Pontianak Utara, Rabu (16/3) siang. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)

 Langkanya minyak goreng di Kalimantan Barat disebabnya oleh berbagai hal. Salah satunya adalah panic buying di tataran masyarakat. Hal itu diungkapkan Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pol Suryanbodo Asmoro usai meninjau produksi dan rencana distribusi minyak goreng sawit di PT. Wilmar Cahaya Indonesia Pontianak, bersama sejumlah pejabat dan kepala dinas, Rabu (16/3).

“Yang menyebabkan langka, masyarakat panik. Kemudian membeli minyak goreng secara berlebihan,” katanya. Panic buying adalah pembelian secara berlebihan atau penimbunan suatu barang karena didasari rasa panik dan takut berlebih. Tindakan membeli produk atau komoditas tertentu dalam jumlah besar ini karena ketakutan tiba-tiba akan kekurangan atau kenaikan harga pada barang tersebut. 

Sebelum melakukan peninjauan proses produksi dan rencana distribusi, Kapolda menggelar rapat singkat dengan manajemen PT. Wilmar Cahaya Indonesia. Dari rapat itu, kata Suryanbodo, pihaknya menemukan fakta bahwa PT. Wilmar selaku produsen minyak goreng kelapa sawit di Kalimantan Barat, sebelumnya hanya menyediakan 30 persen pemenuhan minyak goreng di Kalbar. Sementara 70 persen lainnya untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng di luar Kalbar.

“Tapi sekarang sudah dibalik. 70 persen untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng di Kalbar, sedangkan 30 persen untuk luar Kalbar,” beber Suryanbodo. Dikatakan Suryanbodo, strategi ini dilakukan untuk mengantisipasi kelangkaan maupun kekosongan minyak goreng di Kalimantan Barat, akibat kendala distribusi maupun faktor produksi.

“Jadi, selama ini ada hambatan. Dan hambatannya bervariasi, karena tidak bisa masuk, karena cuaca, atau faktor produksi. Sehingga strategi harus dibalik. 70 persen untuk Kalbar, dan 30 persen untuk luar Kalbar,” jelasnya. “Dengan seperti ini diharapkan tidak ada lagi kelangkaan minyak goreng,” sambungnya.

Untuk perubahan harga, kata Suryanbodo, sudah menjadi kebijakan pemerintah pusat, sehingga dirinya berharap produsen minyak goreng bisa menyesuaikan. Demikian juga operasi pasar. Selama masyarakat memerlukan, akan tetap dilaksanakan operasi pasar.

Sementara, Kepala Cabang PT. Wilmar Cahaya Indonesia Pontianak, Muhammad Erwin mengatakan, pihaknya mengaku mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam hal mengisi kekosongan minyak goreng di Kalimantan Barat, sehingga bisa mengatasi kelangkaan minyak goreng yang saat ini terjadi. Erwin mengatakan, saat ini pihaknya mampu memproduksi antara 400-500 ton perhari, tergantung kualitas CPO yang dihasilkan.

“Dari 400-500 ton itu, full hasil produksi kami untuk lokal. Prioritas kami mengisi kekosongan yang ada di Kalbar. Baik itu berupa curah, kemasan sederhana kemasan premium, maupun industri. Kami full support untuk memenhui kebutuhan di Pontianak dan Kalimantan Barat,” jelasnya. Kendati demikian, Erwin mengaku, dari 70 persen hasil produksi tersebut, belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan minyak goreng di Kalimantan Barat, terutama di daerah-daerah yang pinggiran.

Sehingga, pihaknya perlu dukungan tekanan dan mitra produsen minta goreng yang belakangan mulai mengalami kendala. “Sasaran kami adalah masyarakat dan industri UMKM. Perlu memang dibantu oleh para rekanan yang produsen minyak goreng yang kami lihat belakangan agak on off suplainya di Kalbar. Karena mereka berproduksi di luar Kalbar,” bebernya.

Erwin mengaku, pada Maret 2022 ini PT. Wilmar telah memproduksi 10 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya. Hal itu dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. “Sehingga kenaikan produksi cukup signifikan dibandingkan bulan Januari dan Februari,” kata dia.

Erwin mengatakan, selain panic buying, kelangkaan minyak goreng yang saat ini terjadi juga sedikit banyak dipengaruhi kenaikan harga CPO global, yang tidak dibarengi dengan kurangnya suplai bahan baku. “Bisa jadi karena memang harga CPO saat ini sedang mengalami kenaikan, namun suplai agak kurang di Kalbar,” lanjutnya.

Terkait dengan harga eceran tertinggi (HET) terbaru, pihaknya akan menyesuaikan. Yakni harga minyak curah sekitar Rp14 ribu, kemasan sederhana Rp 20.000. Namun demikian, pihaknya masih menunggu kepastian dari pusat.

Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani mengingatkan kembali Pemerintah untuk segera menyelesaikan berbagai persoalan mengenai minyak goreng yang masih terjadi di tengah masyarakat, terlebih sebentar lagi memasuki bulan puasa.

“Kami meminta komitmen pemerintah untuk menyelesaikan persoalan minyak goreng yang masih langka di pasaran dan membuat masyarakat kesulitan,” kata Puan di Jakarta, Rabu. Menurut dia, kelangkaan minyak goreng terjadi karena buntut dari permasalahan tingginya harga minyak goreng. Namun, setelah Pemerintah memberlakukan kebijakan harga eceran tertinggi (HET), stok minyak goreng menjadi langka.

Kini, lanjut dia, harga minyak goreng naik lagi akibat kelangkaan pasokan di pasaran. Masalah ini harus mendapat penanganan khusus.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X