205,7 Hektare Lahan Terbakar

- Rabu, 14 Agustus 2019 | 14:10 WIB

TANJUNG SELOR - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Kalimantan Utara sepanjang Januari-Agustus 2019, cukup luas. Menukil data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara, lahan yang terbakar seluas 205,7 hektare, dengan 109 kejadian.

Lahan yang terbakar tersebar di masing-masing kabupaten dan kota. Dari jumlah itu, paling banyak kejadian karhutla di Kabupaten Nunukan, dengan 48 kejadian dan luasan lahan 118,7 hektare. (Selengkapnya lihat infografis)

"Data itu belum termasuk Kabupaten Malinau. Karena kami belum menerima laporannya," ujar Kepala BPBD Kaltara Muhammad Pandi, Selasa (13/8).

Menurutnya, dampak terjadinya karhutla dikarenakan siklus yang saat ini memasuki musim kemarau. Data-data yang masuk ke BPBD Kaltara sesuai laporan tiap kabupaten dan kota. Hasil laporan tersebut, kemudian dilanjutkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

BPBD Kaltara pun berkoordinasi dengan BPBD kabupaten dan kota, termasuk instansi terkait lain apabila terjadi kebakaran lahan. "Jangan membiarkan api yang kecil menjadi membesar. Segera lakukan penanganan bila terjadi kebakaran lahan," ujarnya. 

Upaya lain untuk mengetahui adanya titik api, dengan memantau koordinat yang terdeteksi. Menurut Pandi, tiap kabupaten dan kota sudah mempunyai alat titik koordinat untuk mendeteksi bila terjadi kebakaran.

Selain adanya alat deteksi, upaya lainnya dengan mitigasi bencana. Dikatakan Pandi, mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 

Salah satu bentuk mitigasi non struktural dengan sosialisasi melalui spanduk dan mengisi kegiatan di desa-desa. Manajemen kebakaran berbasiskan masyarakat, akan lebih baik diarahkan untuk kegiatan pencegahan daripada usaha pemadaman kebakaran.

Pencegahan karhutla, ujar dia, merupakan usaha untuk mencegah atau mengurangi api dari luar masuk ke areal hutan atau lahan. Termasuk membatasi penyebaran api apabila terjadi kebakaran. 

“Bila sudah deteksi warna merah, maka adanya titik panas (hot spot). Itu yang harus segera ditangani," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kehutanan Kaltara Maryanto mengungkapkan, meski saat ini di Kaltara terjadi karhutla, bukan merupakan penyumbang terbesar. "Karhutla yang terjadi cukup besar di Kaltara pada tahun 2015,” ujarnya.

Secara terpisah, Polres Tarakan menggelar rapat koordinasi dengan instansi terkait soal karhutla yang sudah terjadi di 6 titik. “Dengan adanya arahan Presiden, kita sebagai struktur organisasi kepolisian menindaklanjuti,” ujar Wakapolres Tarakan Kompol Bambang Herkamto, kemarin.

Kebakaran lahan beberapa hari lalu, kata dia, masih bisa diatasi bersama. Namun, perlu disempurnakan lagi, agar tidak terjadi hal serupa. “Kalau untuk masyarakat yang melakukan pembakaran, sementara ini kami lakukan sosialisasi, agar tidak membuka lahan dengan cara membakar,” ujarnya.

Disebutkan, selain karena ulah manusia, ada juga yang disebabkan kondisi alam, karena Tarakan memilik kandungan batu bara. Namun, untuk penanganan semacam itu, pihaknya bekerja sama dengan instansi terkait. (uno/mrs/fen)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X