Kisah si Gebi, Perempuan Bule Pencetus Maskot Beruang Madu Khas Balikpapan

- Minggu, 10 Februari 2019 | 20:42 WIB
Gabriella Fredriksson atau akrab disapa Gebi saat bertemu Prokal.co usai upacara HUT Balikpapan, Minggu (10/2) pagi.
Gabriella Fredriksson atau akrab disapa Gebi saat bertemu Prokal.co usai upacara HUT Balikpapan, Minggu (10/2) pagi.

BALIKPAPAN - Upacara peringatan hari jadi Kota Balikpapan ke-122 pada Minggu (10/2) pagi di Lapangan Merdeka, Balikpapan juga dirangkai dengan pemberian penghargaan kepada 10 tokoh inspiratif atau yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota ini.

Satu dari 10 tokoh tersebut adalah Gabriella Fredriksson atau akrab disapa Gebi. Perempuan asal Swedia ini mendapat penghargaan tersebut karena darinya lah maskot Kota Balikpapan yakni Beruang lahir.

Ditemui usai upacara HUT kota, ahli biologi dari University of Amesterdam itu bercerita awal mula dirinya menemukan beruang madu sebagai maskot Kota Balikpapan.

Tepatnya pada tahun 1997, wanita berambut pirang ini melakukan penelitian terhadap beruang madu Balikpapan.

Selama lima tahun atau hingga tahun 2001 Gebi melakukan penelitian keberadaan beruang madu dan hutan di sekitar Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW).

"Kurang lebih lima tahun saya lakukan penelitian di hutan. Sebenarnya banyak binatang yang saya temukan di sana seperti orangutan, bekantan dan beruang. Tapi tidak pernah ada yang menulis tentang beruang madu di Asia ini. Dari sini saya coba meneliti," cerita Gebi. 

Hasil dari penelitian ini disampaikan kepada Wali kota Balikpapan yang kala itu kursi tertinggi di lingkungan Pemkot Balikpapan diduduki oleh Tjutjup Soeparna dan dilanjutkan oleh Imdaad Hamid.

"Di hadapan bapak wali kota saya paparkan hasilnya. Foto-foto satwa di HLSW, termasuk juga beruang madu juga saya lampirkan. Dan perjuangan selama lima tahun membuahkan hasil. Direspons positif oleh bapak wali kota. Kemudian KNPI mengadakan lomba desain beruang madu dan 2002 menjadi maskot kota," jelasnya.

Usai menjadi maskot kota di Balikpapan, kata Gebi, beruang madu cukup terkelola dengan baik. Bahkan ada beberapa beruang yang disita dari tangan masyarakat untuk kemudian dikembangkan di pusat pendidikan lingkungan hidup di Kilometer 23. "Nah, sekarang agrowisata di sana itu sudah ada enam ekor beruang madu," sebutnya.

Ditanya terkait populasi beruang madu di Balikpapan, Gebi menyebut jika keberadaan hewan ini bisa saja punah. Hal ini dikarenakan hutan lindung sudah banyak yang rusak. Di sebelah utara wilayah Inhutani juga banyak kerusakan konversi hutan.

"Jadi, di sekitar hutan lindung Sungai Wain sekarang cukup mencemaskan. Padahal binatang seperti itu perlu wilayah yang cukup luas untuk populasinya," ungkapnya.

Namun demikian, timnya di bawah naungan Yayasan Pro Natura, saat ini menjajaki potensi perluasan lalu lintas satwa, khususnya beruang madu, agar populasinya bisa meningkat.

"Kami masih mempelajari potensi keberadaan binatang ini di HLSW, kawasan Inhutani dan di kawasan Bukit Soeharto. Ini lokasi pergerakan beruang madu," sebutnya. (pro/one)

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB

Tiga Seksi Jalan Tol IKN Siap Beroperasi Juli 2024

Selasa, 23 Januari 2024 | 13:19 WIB
X